Tuesday, August 19, 2008

GengGong on [Secret] Vacation Part II




Foto-foto ini adalah cerita sambungan dari postingannya Fanie. Foto diambil saat sebuah wisata kuliner rahasia digelar oleh GengGong tahun lalu. Hihi.

Monday, August 18, 2008

Senang Bersamamu

Hari Minggu kemarin, genap tiga tahun saya melewati hari-hari bersama Soleh Solihun.

 

Dan semuanya dimulai di tahun 17 Agustus 2005. Saat itu, Soleh yang bekerja di Jakarta sengaja pulang ke Bandung untuk bertemu saya. Kami janji bertemu untuk makan siang bersama di Mie Lela, Cigadung. Tempat itu kami pilih karena Soleh tahu saya belum pernah makan di sana.

 

Di tempat itulah dia menanyakan kepada saya, apakah saya mau jadi pacarnya. Dia minta saya menjawab saat itu juga. Dan saya pun menjawab iya. Soalnya kalau saya jawab tidak, saya takut disuruh pulang sendiri. xp

 

Sejak itu, hari-hari saya berubah. Walau [kadang-kadang] kami berada di dua kota yang berbeda, dia selalu ada menemani saya dengan SMS dan teleponnya. Dan karena pada dasarnya kami berdua tukang ngoceh, setiap hari selalu ada saja yang kami bicarakan. Mulai dari rutinitas, kejadian-kejadian yang sepele, sampai khayalan-khayalan tidak penting. S-e-m-u-a-n-y-a. Inilah salah satu alasan kenapa saya merasa nyaman saat bersama dengan Soleh. Saya bisa berbicara apa saja tanpa dianggap tidak penting.

 

Satu hal lagi yang membuat saya betah berlama-lama dengan dia, dia selalu bisa membuat saya tertawa. Dalam kondisi apa pun, dia bisa membuat suasana jadi menyenangkan. Saat ada situasi yang menyebalkan, ada saja komentar atau celetukannya yang bisa mencairkan suasana. Dan akhirnya setiap masalah selalu bisa kami atasi dengan tawa. Yah, mungkin itu sebabnya hubungan ini terasa menyenangkan.

 

Iya, menyenangkan. Makanya saya sempat bingung saat ada seorang teman yang meminta saya bercerita tentang hubungan saya dan Soleh. Ketika itu, saya tidak tahu harus menjawab apa. Karena, hubungan saya dan Soleh cenderung datar. Datar di sini bukan berarti membosankan loh. Datar yang saya maksud adalah ya seperti begitu saja.Hmm, bagaimana ya menjelaskannya? Saya juga bingung. Pokoknya, ya mengalir dan berjalan saja dengan sendirinya. Dan saya menikmati detik demi detik yang saya lalui bersamanya. J

 

Yah, memang tidak menyenangkan terus sih. Pasti lah ada beberapa ribut-ribut kecil. Tapi, alhamdulilah kami selalu berhasil melaluinya. Sejauh ini, kalau saya sedang tidak PMS, atau kalau Soleh sedang tidak lapar/mengantuk, hubungan kami baik-baik saja. Hehe. Jadi, ya kami belajar menahan emosi saja kalau saat-saat seperti itu datang.

 

Soleh bukan tipe cowok yang romantis. Dia tidak pandai memberikan kejutan ataupun melakukan hal-hal yang romantis. Satu contohnya adalah ketika dia memberikan bunga. Ketika itu kami sedang berada dalam mobil di kawasan Dago. Mobil sedang berhenti di lampu merah saat saya melihat seorang penjual bunga. Spontan saat itu saya bertanya kepada Soleh, kenapa dia tidak pernah memberikan saya bunga. Mendengar pertanyaan saya, dia malah balik bertanya, "Kamu mau bunga?" Lantas dipanggillah si tukang bunga itu. Dia lalu memilih-milih bunga, tapi sambil bertanya ke saya, "Kamu mau bunga? Bener enggak nih? Ini aku beliin. Mau enggak? Beneran nih, aku beliin!"

 

Et voila, jadilah dia membeli dua tangkai bunga mawar. Dua bunga itu langsung dia berikan ke saya, tanpa basa-basi dan tanpa kata-kata manis. Harusnya itu bisa jadi momen romantis loh, tapi dia mengacaukannya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Haha.

 

Tapi itulah yang saya suka dari Soleh, pribadi jujur yang apa adanya. Dia tidak berusaha berubah menjadi orang lain, tapi mencoba menjadi pribadi yang saya suka dengan gayanya sendiri. Tidak berlebihan dan tidak dibuat-buat. Sikapnya ini menjadi sebuah pembelajaran buat saya.

 

Masih banyak lagi pelajaran yang saya dapat dari Soleh. Tapi saya kurang pandai menjabarkannya. Yang jelas, semua itu membuat saya bahagia. Tapi, kalau kamu mau tahu lebih banyak, dengarkan saja tembang “Senang Bersamamu” dari Naif. Buat saya, lagu ini  sedikit banyak bisa mewakili perasaan saya. Karena saya selalu senang saat bersama Soleh. :)

 

Selamat tiga tahun ya, sayang! Semoga kita bisa terus senang bersama-sama.

Friday, August 15, 2008

Three for 23

 

 





















Ini adalah tiga hadiah yang saya peroleh saat ulang tahun ke-23


1. Leather Jacket

Hadiah yang satu ini saya dapat jauh sebelum hari ulang tahun saya tiba. Soleh yang memberikannya. Dan [seperti biasa] Soleh tidak bisa menyiapkan kejutan. Dia suka bingung memilih hadiah, makanya dia suka bertanya saya mau hadiah apa. Saya sendiri sih, terserah dia. Buat saya yang penting adalah niat dia memberi, bukan barangnya.

Entah dapat ide dari mana, tiba-tiba dia bertanya apa saya mau jaket kulit. Saya sih iya-iya saja. Maka jadilah dia sibuk mencari jaket kulit untuk saya. Soleh browsing sana-sini, kirim gambar jakaet-jaket itu ke e-mail saya, lalu di-print. Dia juga membuat janji dengan penjual jaket kulit langganannya untuk mengukur badan saya. Sibuk sekali lah si Soleh ketika menyiapkan tetek bengek untuk membuat jaket ini. Saya sih, tinggal santai saja, pilih model, diukur, dan tunggu kiriman jaket sampai. Hehe.

Inilah hasil jerih payah Soleh itu. Makasih ya, sayang. :)

 

2. The Pilgrimage

Buku karangan Paulo Coelho ini adalah buku kedua yang saya dapat dari teman-teman SMA saya. Dulu, saat saya pindah ke Bandung, saya pernah diberi Great Expectation oleh Rena, Ubi, Buras, dan Mita. Kalau sekarang, teman-teman saya yang memberi buku ini adalah Rena, Buras, dan Antya. Mereka memberikannya tepat di hari ulang tahun saya.

Sebenarnya, tidak ada perayaan khusus di tanggal 13 Juli kemarin. Hari itu saya ada liputan. Soleh juga sedang tidak ada, sedang liputan Soundrenalin ke Pekanbaru. Tapi keluarga saya tiba-tiba berinisiatif mengajak makan-makan untuk merayakannya. Ajakan makan-makan itu juga muncul tiba-tiba saat hari sudah malam. Jadi saya pikir, hari ulang tahun saya kali ini akan berlalu begitu saja.

Tapi tiba-tiba Rena, Antya, dan Buras datang saat saya sudah mau tidur. Mereka khusus datang untuk menyelamati saya dan memberikan The Pilgrimage. Lucunya, sehabis memberi hadiah mereka langsung menyerbu meja makan saya. Padahal di sana tidak ada apa-apa. Lapar berat rupanya mereka. Haha. Untung masih ada satu porsi steak tersisa di lemari. Steak itupun kemudian habis dilalap mereka bertiga.

Terima kasih ya, teman-teman. :)

 

3. Handmade Shawl

Kalau hadiah yang satu ini, saya sengaja request ke Alin. Alin ikut kelas merajut di Tobucil. Saat ke Makar 2008, dia membawa syal buatannya. Saya jadi ingin punya juga. Makanya, kira-kira sebulan sebelum ulang tahun, saya bilang ke alin kalau saya minta dibuatkan syal. Untung Alin bersedia.

Alin sempat bertanya, saya mau syal warna apa. Saya bilang terserah. Sudah untung Alin mau menerima permintaan saya. Sejak itu, saya tidak pernah melihat Alin membahas soal syal itu lagi, sampai suatu kali saya memergoki dia sedang merajut di dalam Damri. Hihi. Lucu sekali melihat Alin saat itu. Seperti yang ketangkap habis melakukan kesalahan. Tapi sesudah itu kami mengobrol dan melupakan soal Syal.

Beberapa hari setelah ulang tahun saya, Alin datang membawa bungkusan dari kertas. Seperti bisa ditebak, isinya syal buatan Alin. Syal itu tebal dan panjang. Alin pintar memilih warna yang bagus, kombinasi pink dan biru muda. Syal dari wool pertama yang saya miliki.

Makasih ya, Alin. Semoga nanti syalnya bisa aku pakai pas kita ke Melbourne. :D