Wednesday, July 30, 2008

Such A Weird Day

Beberapa hari lalu, setelah berkunjung ke kantor Trax, saya pergi menuju kantor Soleh. Seingat saya ada satu kendaraan umum yang rutenya menuju ke daerah antasari/ampera yaitu Kopaja P19. Dengan alasan praktis dan hemat, saya memutuskan naik Kopaja tersebut.

Di tengah perjalanan, saat saya sedang setengah mengantuk, naik seorang pedagang sendal rumah. Sendalnya seperti sendal-sendal yang biasa ada di hotel, tapi kalau sendal yang dijual ini terbuat dari bahan handuk. Dan seperti umumnya pedagang yang jualan di bus, si penjual membagikan barang dagangannya ke penumpang bus. Saya termasuk salah satu penumpang yang diberi sendal itu, tapi sebelah saya tidak. Setelah mendapat sendal, saya pun bengong-bengong melihat ke arah luar jendela. Kepala pusing dan mata mengantuk, maka jadilah saya pikiran saya melayang entah ke mana. Tapi tiba-tiba, saya menengok ke arah pankuan saya. Wak, si sendal kok masih di sana. Saya lalu menengok ke belakang. Kok si pedagang sudah tidak ada ya? Yang ada malah pengamen. Akhirnya saya tanya ke anak SMA yang duduk di sebelah saya.

Saya            :   "Mbak, tukang sendalnya mana ya? Sendal dagangannya masih di saya"
Anak SMA    :   "Wah, ke mana ya? Saya juga enggak tahu tuh."
Saya            :   "Yah, terus gimana nih sendal dagangannya? Kasian banget si abang."
Anak SMA    :   "Ya udah, tinggalin aja di bus. Daripada dibawa."

Lah, daripada ditinggalin dan diambil orang enggak jelas, mending saya bawa bukan? Haha. Dan si sendal pun tetap saya pegang. Ketika Kopaja sampai di Pasaraya Grande, tiba-tiba sang kenek menyuruh semua penumpang turun dan pindah ke Kopaja di depan. Alasannya, karena Kopaja yang saya tumpangi malas narik sampai ragunan. Huhu. Saya pun turun dari Kopaja dengan kepala pusing, mata mengantuk, dan badan penuh keringat karena udara panas. Kepala saya tambah pusing saat melihat Kopaja di depan sangat penuh.

Daripada mood saya tambah jelek, saya menghentikan taksi yang melintas di depan saya. Begitu pintu taksi dibuka, udara sejuk dari AC berhembus. Haha, segar sekali. Kalau saja daritadi saya naik taksi, perjalanan hari ini tentu akan lebih menyenangkan. Setelah si supir berbasa-basi, dia pun bertanya:

Supir Taksi   : "Ke mana, mbak?"
Saya            : "Ke Ampera Raya ya pak"
Supir Taksi   : "Mau lewat mana kita, mbak?"
Saya            : "Antasari macet enggak ya?"
Supir            : "Wah, saya belum lewat sana tuh mbak?"
Saya            : "Ya udahlah, lewat Antasari aja."
Supir Taksi   : "Ke mana tadi kita mbak? Palmerah ya?"

d'oh!  Bilang kek daritadi kalau dia enggak tahu jalan.

Saya            : "Ya udah, jalan aja dulu pak. Nanti saya tunjukkin arahnya."

Selama perjalanan, si supir ngoceeeeh terus. Cerita si supir dimulai dari pengalaman dia selama lima hari terakhir menjadi supir taksi. Sebelumnya dia adalah supir bis 67. Dia bilang, lebih enak menjadi supir bus daripada supir taksi, karena kalau bawa bus rutenya hanya itu-itu saja. Ternyata, dia juga pernah menjadi supir

Cerita berlanjut ke pengalaman dia nyetir taksi selama lima hari ini. Ada bule yang enggak bisa berbicara Bahasa Indonesia, ada mahasiswa Batak yang mau jadi tim sukses, dst. Untungnya kepala saya sudah tidak terlalu pusing. Jadi saya lebih bisa menikmati ocehan si supir bernama Joko Santoso ini. Selama perjalanan saya juga sempat memberi sedikit informasi tentang jalan-jalan yang kami lewati. Tiba-tiba saya teringat dengan sendal yang tadi saya "terima" di bus. Daripada saya membawa-bawa sendal itu, akhirnya saya berikan saja sendal itu ke si supir. Siapa tahu sendal itu bakal lebih berguna buat dia.

Saya akhirnya sampai ke tempat yang dituju. Uang yang tersisa di dompet saya cuma selembar uang Rp.50.000, jadi saya tidak bisa membayar dengan uang pas. Ternyata, si supir tidak punya kembalian. Lantas, dia mengajak saya pergi ke warung terdekat untuk menukar uang. Tukang warung tidak ada, tukang siomay tidak punya uang untuk ditukar. Lantas, si supir berinisiatif menyetop bis yang sedang lewat dan meminta tukaran uang. Malang, si kenek juga tidak punya. Untungnya tukang warung datang. Uang pun segera ditukar, dan saya menerima kembalian.

Sungguh, hari ini adalah hari yang cukup aneh buat saya. Hehe.